Senin, 24 Maret 2014

SONGSONG RAMADAN 1435 H.


MENGHIDUPKAN SUNNAH RAMADHAN
PENDAHULUAN
Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan keistimewaan yang disediakan oleh Allah untuk orang beriman.  Abdullah bin Mas’ud menyatakan bahwa Allah memberikan dunia kepada org yang Ia sayangi dan yang tidak Ia sayangi, tetapi Allah memberikan iman kepada orang yang Ia sayangi.
Puasa di dalam Q.S.al-Baqarah/2:183 sebagai sarana utk mencapai ketaqwaan.  Ada proses yang didisain Allah dalam puasa untuk menjaga kemuliaan dan keutamaan(kelebihan) yang telah diberikan Allah (Q.S. al-Isra’/17: 70.  
Allah mendesaian latihan yang lebih berat untuk menjalani kehidupan, Mari kite renungkan memakan harta sendiri dan ada di rumah kita sendiri tapi karena dilarang kita menjauhi larangan itu. Sasarannya adalah tidak memakan harta milik org lain. Dalam hadis qudsi Allah menyatakan: ... dia meninggalkn makan minum dan syahwat krn ku, puasa itu untukku dan aku yg akan membalasinya, dan kebajikan 10 x lipat (al-Bukhari, juz 1, h. n0. 1775)
namun perlu diperhatikan sabda berikut:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ (صحيح, رواه أحمد وابن ماجه و الدارمي والبيهقي عن سعيد المقبري عن أبي هريرة)
Berapa banyak orang yang berpuasa namun hanya mendapatkan rasa haus dan lapar belaka.” (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi dan Al-Baihaqi dari Abu Sa’id Al-Maqburi dari Abu Hurairah)

JELANG RAMADHAN
Sunnah puasa di bulan Sya’ban, Diriwayatkan dari 'Aisyah
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
Rasulullah banyak berpuasa (pada bulan Sya'ban) sehingga kita mengatakan; beliau tidak pernah berbuka, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa dibulan ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa melebihi puasa dibulan Sya'ban ((HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156).
Ketika Rasulullah ditanya oleh Usamah bin Zaid kenapa beliau banyak berpuasa dibulan Sya'ban beliau menjawab: "Karena bulan ini banyak dilalaikan oleh manusia padahal pada bulan tersebut akan diangkat amalan-amalan seorang hamba kepada Allah, dan saya ingin amalanku diangkat dan saya sedang berbuasa" (HR. Abu Dawud 2/461dan An Nasai, targhib wat tarhib 425)

SUNNAH DI BULAN RAMADHAN
1.    QIYAM AL_LAIL (SALAT TARAWIH)
Termasuk sunnah Nabi adalah melaksanakan shalat tarawih berjama’ah, menghidupkan malam-malam ramadhan bersama-sama Rasulullah bersabda :
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَبًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متّفق عليه)
Barangsiapa shalat malam pada bulan ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala maka niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alaihi).
Qiyam Ramadhan, secara khusus, menurut Imam Nawawi adalah shalat tarawih. Dari hadis sahih ada beberapa cara:

Cara Pertama: 13 raka’at yang didahului dengan 2 raka’at pendek. Kemudian 2 rakaat panjang, 2 rakaat lebih pendek dari 2 rakaat sebelumnya dst. (Malik, h. 76 no. 12 (268), Ibn Majah, juz 1, h, 433 no, 1362)  Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, 2,2,2,2,2,2,1, (HR Bukhari, juz 1, h. 385 no. 944, Ibn Majah juz 1, h, 435, Dalam riwayat lain 5x2 +1, 2 fajr
Cara Kedua: 13 raka’at. 8 raka’at, dengan salam setiap 2 raka’at. Kemudian Witr dilaksanakan sebanyak 3 raka’at, dan 2 rakaat sunnah fajr (H. R, al- Bukhari, juz 1, h. 439-440 no. 1078, Ibn Majah juz 1, h. 433 no. 1361), Dlm riwayat lain tdk dijelaskan berapa rakaat baru salam, Muslim, Juz 1, h. 509 no. 124, Dlm riwayat lain 8 rakaat + 5 witir dg 1 salam (Muslim, Juz 1, h. 508 no. 123)

Cara Ketiga: 11 raka’at, salam setiap 2 raka’at dan kemudian diakhiri dengan shalat Witr 1 raka’at ( 5x2+1) Muslim, Juz 1, h. 508 no. 122). ‘Abdullah bin ‘Umar memisahkan 3 rakaat witir dengan salam (2+1). (HR Bukhari, juz 1, h. 384 no. 945,). Dan salat malamnya 2/2 (HR Bukhari, juz 1,h. 439) ,

Cara Keempat: 11 raka’at, 4 raka’at dan salam. Kemudian 4 raka’at dengan cara yang sama, dan 3 raka’at (shalat Witr). Aisyah ditanya oleh Abu Salamah Abdur Rahman mengenai shalat Nabi di bulan Ramadhan. Beliau menjawab: Sesungguhnya beliau tidak pernah menambah pada bulan Ramadhan, atau pada bulan lainnya. lebih dari 11 raka'at salat 4/4 dan 3 (al-Bukhari h. 442-443 no. 1085, dan h. 764 no. 1888), Muslim, juz 1, h. 510
Diriwayatkan dengan sanad yang paling shahih, bahwa ketika Umar memerintahkan Ubay bin Ka’ab untuk memimpin orang-orang shalat sebelas raka’at di bulan Ramadhan, Ubay membaca ratusan ayat sehingga orang-orang yang shalat di belakangnya bersandar pada sesuatu untuk mendukung mereka karena lamanya berdiri. Dan mereka tidak selesai sampai saat-saat menjelang Fajr Diriwayatkan oleh Malik. Lihat Shalatut Tarawih (hal. 52)Waktu salat tarawih mulai dar ba’da ‘Isya hingga waktu fajar
 
2.    WITIR
Waktu shalat witir

1)      Witir di akhir malam (sebelum subuh)
صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا اِجْعَلُوْا آخِرَ
“Jadikanlah shalat witir sebagai penutup shalat  malammu.” (al-Bukhari, juz 1, h. 386 no. 950, Muslim, juz 1, h. 517 no. 150-152, dalam riwayat Muslim no. 152  dan h, 519 no. 160 -161 dan Ibn Majah, juz 1, h. 372 no. 1175 dan 375 no. 1189, ada penambahan kata “sebelum subuh’)

2)      Di awal malam
Shalat witir boleh dikerjakan sebelum tidur  bagi yang takut tidak akan bangun di akhir malam, atau sesudah tidur bagi yang yakin akan bangun malam. Sebagaimana shalat malam juga demikian. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُوْمُ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوْتِرْ أَوَّلَهُ، وَمَنْ طَمَعَ أَنْ يَقُوْمَ آخِرَهُ فَلْيُوْ تِر آخِرَ اللَّيْلِ ْ       
 “Barangsiapa merasa khawatir tidak bisa bangun pada akhir malam, hendaklah dia mengerjakan shalat witir pada awal malam (sebelum tidur). Serta, barangsiapa mampu bangun pada akhir malam, hendaklah ia berwitir pada akhir malam.” (Hr. Muslim, juz 1, h. 520 no. 162-163, Malik, h. 78 n0. 274, Ibn majah, juz 1, h. 375 no.1187)
Jabir bin Abdullah ra berkata : “Rasulullah SAW bertanya kepada Abu Bakar ra : “Kapan kau berwitir ? ” Abu Bakar menjawab : “Pada awal malam setelah shalat atamah (Isya’). “Kalau kamu, hai Umar ? “Tanya beliau. Umar ra menjawab : “Pada akhir malam”. Maka Nabi SAW bersabda : “Hai Abu Bakar, kau telah bersikap hati-hati, sedangkan Umar, bersikap penuh kesungguhan.” (HR. Ibnu Majah, juz 1. h. 379 no. 1202)
“Abu Hurairah Berkata  : “Sudah wasiat padaku kekasihku Nabi SAW dengan 3 macam : 1. Supaya saya berpuasa tiga hari tiap-tiap bulan. 2. mengerjakan Shalat Dhuha. 3. mengerjakan Shalat Witir sebelum tidur tiap-tiap malam.” (Muslim, juz 1, h.499) Hadis yg sama juga diterima dari Abu al-Darda’
Caranya:
Pertama: 3 rekaat 1 salam, 'Aisyah berkata, 'Nabi tidak salam dalam dua rekaat witir.' Dan dalam satu lafazh: Beliau shalat witir tiga rekaat, tidak duduk kecuali di akhirnya.(HR. an-Nasa`i 3/234 dan al-Baihaqi 3/31.
Kedua: salam setelah dua rekaat, kemudian witir dengan satu rekaat. Ibnu Hajar berkata dalam al-Fath (2/482): Isnadnya kuat

3.    MENYEGERAKAN BUKA & MENTA’KHIRKAN SAHUR
Sabda Rasul _: Ummatku akan tetap berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.” ( al-Bukhari, juz 1, h. 746 no. 1835)
Dalam riwayat lain, Nabi _ memerintahkan salah seorang sahabatnya untuk mempersiapkan iftaar baginya. Dia menjawab, “Ya Rasulullah, hari masih terang di depan kita.” Persiapkanlah apabila aku melihat malam dari sini, maka itulah waktunya buka puasa.  al-Bukhari, juz 1, h. 746 (no. 1838)
Kemudian terdapat hadits yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari hadits Abdullah bin Umar bin Al-Khaththab bahwa Nabi bersabda: “Jangan kalian terkecoh oleh Adzan Bilal..” maksudnya Adzan pertama. “…karena dia Adzan untuk membangunkan orang yang tidur, sehingga orang yang hendak sahur dapat melakukannya. Makan dan minumlah sampai Ibnu Maktum mengumandangkan Adzan.”

4.    Memberi makan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa
Nabi sangat menganjurkan untuk memberi makan kepada orang yang berpuasa, karena yang demikian ini mengandung pahala yang besar dan kebaikan yang berlimpah. Rasulullah bersabda :
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَائِمِ شَيْئًا (رواه أحمد و الترمذي)
Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.” (HR Ahmad dan Turmudzi)
Ibn ‘Abbas menyatakan bahwa Rasul lebih dermawan dalam kebaikan selama Ramadhan dibandingkan udara yang berhembus (al-Bukhari, juz 1, h. 726 (no. 1783)

5.    I’TIKAF
Waktu I’tikaf
I’tikaf boleh dikerjakan kapan saja, namun lebih ditekankan pada bulan Ramadhan, karena itulah yang sering dilakukan oleh Rasulullah.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ اللَّهُ
Abu Hurairah menyatakan (bahwasanya) Rasulullah sering beritikaf pada setiap Ramadhan selama sepuluh hari dan manakala tibanya tahun yang beliau diwafatkan padanya, beliau beritikaf selama dua puluh hari. [Riwayat Bukhari, juz 1, h. 768, no. 1901, Muslim juz 2, h. 831 no. 5]
Setelah itu para isteri Rasul pun melakukan I’tikaf,
I’tikaf yang wajib harus dikerjakan sesuai jumlah hari yang telah dinazarkan, hal ini berdasarkan atsar dari Umar dimana beliau mengabarkan kepada Nabi tentang nazar beliau untuk beri’tikaf satu malam  di masjid Haram, lalu Rasulullah memerintahkan kepadanya untuk menunaikan nazarnya. [al-Bukhari, juz 1, h. 770 no. 1906  dan Muslim 1656]
Waktu Mulai  i’tikaf  Ramadan
Jumhur ulama berpendapat bahwa i’tikaf dimulai masuk masjid sebelum matahari terbenam pada malam ke 21.
Pendapat kedua, i’tikaf baru dimulai sesudah shalat shubuh, berdasarkan hadits ‘Aisyah “Adalah Nabi jika hendak beri’tikaf, beliau shalat shubuh kemudian masuk ke (mu'takaf) tempat i’tikafnya”. (HR. Bukhari, juz 1, h. 770 dan Muslim, juz 2,  h. 830 no. 6)

Tempat Pelaksanaan I’tikaf
Di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 187 dijelaskan bahwa i’tikaf dilaksanakan di masjid

Pelaku I’tikaf Laki-laki dan Perempuan
“Adalah Nabi (beri’tikaf) di masjid dan di sisinya terdapat istri-istri beliau (sedang beri’tikaf pula)…”. HR. Bukhari juz 1, h. 770 no. 1907 dan Muslim juz 2, h. 830 no. 6
Bahkan Perempuan yg sedang istihadah pun  oleh melakukan i’tikaf, Hadis Rasulullah:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا قَالَتِ اعْتَكَفَتْ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ امْرَأَةٌ مِنْ أَزْوَاجِهِ مُسْتَحَاضَةٌ فَكَانَتْ تَرَى الْحُمْرَةَ وَالصُّفْرَةَ فَرُبَّمَا وَضَعْنَا الطَّسْتَ تَحْتَهَا وَهِيَ تُصَلِّي
Dari Aisyah, semoga Allah meridhainya, ia berkata, “Seorang istri Nabi ikut beri’tikaf bersama beliau padahal dia sedang istihadhah [keluar darah karena penyakit bukan karena haid], ia melihat darah merah kekuning-kuningan. Terkadang kami meletakkan mangkok di bawahnya ketika ia sedang shalat”. (al-Bukhari, juz 1, h. 772 no. 1911, Ibn Majah, juz 1, h, 566 no.1780)
‘Aisyah berkata: “Sunnah bagi orang yang beri’tikaf adalah: tidak boleh keluar kecuali untuk kebutuhan insani yang harus dipenuhinya. (al-Bukhari, juz 1, h. 769 no. 1904, Muslim, juz1, h.244 no. 6-7)
Rasul pernah menjulurkan kepalanya ke kamar ketika i’tikaf kemudian ‘Aisyah yang sedang haid menyisir rambut Rasul (al-Bukhari, juz 1, h. 776 no. 1920, Ibn Majah, juz 1, h, 565 no.1778 )
6.      Mencari malam Lailatul Qadar.
Sesungguhnya beribadah pada malam Lailatul Qadar pahalanya sama dengan beribadah selama seribu bulan. malam yang penuh berkah ini. Karena Nabi bersabda :
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدَرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَبًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبْهِ (متّفق عليه)
Barangsiapa shalat pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala maka niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.” (al-Bukhari, juz 1, h. 764 no. 1889) Yaitu pada malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَيَقُولُ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah malam Lailatul Qadar itu pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan." (al-Bukhari, juz 1, h. 765 no. 1892, h. 766 no. 1895)
Dari ‘Aisyah,  Nabi Saw, apabila masuk 10 terakhir Ramadan, beliau mengencangkan sarung, menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya. (al-Bukhari, juz 1, h. 767 no. 1899)
Apabila seorang hamba beribadah pada malam Lailatul Qadar, maka hendaknya dia mengucapkan :
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي (رواه الترمذي وابن ماجه)
Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Mencintai Ma’af maka berikanlah Ma’af padaku” (HR Turmudzi dan Ibnu Majah)

7.       Umrah
Umrah pada bulan Ramadhan merupakan solusi yang diberikan Rasul kepada orang yang tidak bisa menunaikan haji
عُمْرَةُ فِيْ رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً مَعِيْ (متفق عليه)
Berumrah pada bulan Ramadhan sepadan dengan haji bersamaku” (al-Bukhari, juz 1, h. 681-2 no. 1667)

Umrah dilakukan baik pada awal maupun pertengahan Ramadhan. Tidak ada pengkhususan tentang lebih utamanya sepuluh hari akhir di dalam berumrah. Maka hendaknya hal ini diperhatikan.


Wallahu a’lam bi al-shawab